Pelampiasan!
Itu kata yang paling pas untuk melukiskan esensi dari genre ini. Pelampiasan dari apa? Ya banyak. Dari tekanan lingkungan - ortu, tetangga, pacar, guru, bahkan ideologi tertentu dan pemerintahan, sekalipun.
Etos seperti itulah yang dianut sama metalheads di seluruh muka bumi ini. Dari dulu sampai sekarang. Maka yang namanya metal itu selalu berevolusi. Mencari bentuk paling ekstrim dalam melampiaskan perasaan tertekan itu. Sekaligus menyuarakan teriakan-teriakan yang tadinya terkekang. Melengking, growl, atau bahkan rappin'.
Agresif, keras, kasar, cepat, urakan dan udah barang tentu anti kemapanan. Itulah idenya.
Nggak heran. Kelahirannya pun diawali dari dari hal seperti itu. Tarik mundur ke era 1960-an. Adalah eksperimentasi yang secara nggak sengaja merusak kaidah estetika musik dengan suara sember serta beat-beat dinamik yang dilakukan musisi rock pada saat itu yang menyebabkan ini semua.
Pernah nggak denger nama-nama gitaris kayak Jimmy Page (Led Zeppelin), Jimi Hendrix, Pete Townshend (The Who), serta Eric Clapton? Saat itu mereka tertarik terhadap suara feedback yang keluar dari perangkat amplifier gitar. Alih-alih dihilangkan, gangguan itu malah berusaha dimainkan.
Mereka membentuk gaya komposisi baru dalam musiknya masing-masing. Musik yang dihasilkan makin seru dengan suara feedback dan sember tadi. Jelas kalo buntutnya para gitaris era 1960-an dan sesudahnya nggak lagi merasa puas bermain clean layaknya gitar akustik. Memasuki era 1970-an musik rock makin mantap.
Makin mantapnya musik rock memasuki era tahun 1970-an ditimpali juga lewat permainan yang lebih agresif dari para drummer. Perhatikan aja ciri permainannya John Bonham (Led Zeppelin) atau Keith Moon (The Who). Keduanya terinspirasi dari cara bermain Mick Avory, drummer the Kinks yang pada tahun 1964 merilis singel berciri rock agresif, You Really Got Me.
Semua atas nama pelampiasan!!
Itu kata yang paling pas untuk melukiskan esensi dari genre ini. Pelampiasan dari apa? Ya banyak. Dari tekanan lingkungan - ortu, tetangga, pacar, guru, bahkan ideologi tertentu dan pemerintahan, sekalipun.
Etos seperti itulah yang dianut sama metalheads di seluruh muka bumi ini. Dari dulu sampai sekarang. Maka yang namanya metal itu selalu berevolusi. Mencari bentuk paling ekstrim dalam melampiaskan perasaan tertekan itu. Sekaligus menyuarakan teriakan-teriakan yang tadinya terkekang. Melengking, growl, atau bahkan rappin'.
Agresif, keras, kasar, cepat, urakan dan udah barang tentu anti kemapanan. Itulah idenya.
Nggak heran. Kelahirannya pun diawali dari dari hal seperti itu. Tarik mundur ke era 1960-an. Adalah eksperimentasi yang secara nggak sengaja merusak kaidah estetika musik dengan suara sember serta beat-beat dinamik yang dilakukan musisi rock pada saat itu yang menyebabkan ini semua.
Pernah nggak denger nama-nama gitaris kayak Jimmy Page (Led Zeppelin), Jimi Hendrix, Pete Townshend (The Who), serta Eric Clapton? Saat itu mereka tertarik terhadap suara feedback yang keluar dari perangkat amplifier gitar. Alih-alih dihilangkan, gangguan itu malah berusaha dimainkan.
Mereka membentuk gaya komposisi baru dalam musiknya masing-masing. Musik yang dihasilkan makin seru dengan suara feedback dan sember tadi. Jelas kalo buntutnya para gitaris era 1960-an dan sesudahnya nggak lagi merasa puas bermain clean layaknya gitar akustik. Memasuki era 1970-an musik rock makin mantap.
Makin mantapnya musik rock memasuki era tahun 1970-an ditimpali juga lewat permainan yang lebih agresif dari para drummer. Perhatikan aja ciri permainannya John Bonham (Led Zeppelin) atau Keith Moon (The Who). Keduanya terinspirasi dari cara bermain Mick Avory, drummer the Kinks yang pada tahun 1964 merilis singel berciri rock agresif, You Really Got Me.
Semua atas nama pelampiasan!!
No comments:
Post a Comment